Sabtu, 09 Oktober 2010

Alergi Susu Sapi? Coba Susu Kambing

JAKARTA,
KOMPAS.com — Dibandingkan dengan susu sapi, susu kambing punya beberapa keunggulan sebagai makanan tambahan bagi anak balita. Selain lebih mudah dicerna, susu kambing mengandung lebih banyak mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak. Di kalangan masyarakat luas, terutama di negara berkembang,
pengertian susu lebih mengacu pada produk susu sapi. Di Amerika saja tidak kurang dari 10 juta sapi dipelihara dan menghasilkan sekitar 56,7 juta ton susu. Padahal, selain sapi, ternak lain yang sangat potensial menghasilkan susu adalah kambing. Saat ini susu kambing mulai populer di Indonesia walaupun penyediaannya belum sebanyak susu sapi. Jika pada sapi perah dikenal keturunan Holstein sebagai penghasil susu utama, di "keluarga" kambing yang terkenal sebagai penghasil susu berkualitas tinggi dengan kandungan lemak rendah adalah jenis Saanen. Jenis Nubian menghasilkan sedikit susu, tetapi berkadar lemak tinggi. Jenis Toggenburg, LaMancha, Oberhasli, dan Alpine termasuk penghasil susu kualitas menengah. Bagaimana rasanya? Susu kambing yang berlemak tinggi tentu jauh lebih nikmat dibandingkan dengan yang berlemak rendah. Namun, konsumsi susu berlemak tinggi berpotensi menyebabkan obesitas. Susu kambing memang memiliki karakteristik yang berbeda dengan susu sapi ataupun ASI. Susu kambing memiliki
daya cerna protein yang tinggi dan rasa asam yang sangat khas. Aroma kambing Ada masyarakat yang beranggapan bahwa susu kambing beraroma seperti kambing. Hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Adanya aroma yang mengganggu sangat tergantung dari cara pengolahan susu tersebut. Bau kambing pada susu kambing sebenarnya merupakan dampak dari wadah susu yang tercemar aroma yang dihasilkan oleh kelenjar kambing. Jika pengolahan dilakukan secara benar, susu kambing tidak akan memiliki aroma yang terlalu mengganggu. Pengaturan konsumsi pakan juga memengaruhi kualitas susu kambing. Hal serupa juga berlaku pada susu sapi. Untuk menambah selera, terutama bagi mereka yang mempunyai indra penciuman yang sangat sensitif, konsumsi susu kambing juga dapat dicampur dengan flavor lain, seperti cokelat, vanila, atau stroberi. Susu kambing yang terbaik untuk dikonsumsi adalah dalam bentuk segar (raw milk) karena kandungan gizinya
belum banyak yang hilang akibat proses pengolahan. Sayangnya, tidak semua orang bisa mengonsumsi susu kambing segar. Bentuk olahan susu kambing yang lain adalah susu pasteurisasi,
yoghurt, es krim, dodol, ataupun kefir (susu asam). Susu kambing mempunyai struktur dan ukuran lemak yang lebih kecil
dibandingkan dengan susu sapi sehingga
lemak mudah sekali larut dan tercampur
secara lebih merata (homogen). Hal
itulah yang menyebabkan susu kambing terasa lebih halus dan lembut. Di sisi lain,
susu kambing mempunyai kandungan
lemak relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan susu sapi. Mudah dicerna Dalam beberapa hal, susu kambing juga
mempunyai keunggulan dibandingkan
dengan susu sapi. Kandungan asam
lemak pada susu kambing jauh lebih
banyak dibandingkan dengan susu sapi
atau susu kedelai. Namun, dibandingkan dengan asam lemak pada susu sapi,
susu kambing lebih banyak mengandung
asam lemak berantai pendek dan
sedang. Hal tersebut menyebabkan lemak susu
kambing lebih mudah dicerna tubuh
untuk menghasilkan energi sehingga
tidak tertimbun sebagai lemak atau
kolesterol. Dengan demikian,
kekhawatiran menjadi gemuk atau terserang penyakit yang berkaitan
dengan kolesterol tidak perlu terjadi. Dari hasil penelitian Mack pada tahun
1953 terbukti, kelompok anak yang
diberi susu kambing memiliki berat
badan, mineralisasi kerangka, kepadatan
tulang, vitamin A plasma darah, kalsium,
tiamin, riboflavin, niasin, dan konsentrasi hemoglobin yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok anak
yang diberi susu sapi. Selain itu, susu kambing juga memiliki
kapasitas buffer yang lebih baik
sehingga bermanfaat bagi anak yang
mengalami gangguan pencernaan.
Namun, susu kambing juga memiliki
kelemahan, yakni kandungan asam folat dan vitamin B12-nya lebih rendah
daripada susu sapi. Susu kambing juga mengandung lebih
sedikit orotic acid. Relatif rendahnya
kandungan senyawa tersebut
berpengaruh baik terhadap pencegahan
sindroma perlemakan hati. Hal itu
menyebabkan susu kambing sangat baik untuk menjaga kesehatan hati. Kalsium lebih tinggi Kandungan kalsium pada susu kambing
jauh lebih baik daripada susu sapi atau
kedelai, yaitu dalam 100 gramnya
masing-masing mengandung 133, 100,
dan 15 mg (lihat Tabel 2). Demikian
juga dengan kadar fosfornya. Kadar fosfor dalam 100 gram susu kambing,
susu sapi, dan susu kedelai adalah 110,
90, dan 49 mg. Konsumsi segelas susu kambing dapat
memenuhi 32,6 persen kebutuhan
tubuh akan kalsium dan 27 persen
kebutuhan tubuh akan fosfor setiap
hari. Sebaliknya, segelas susu sapi hanya
memenuhi 29,7 persen kebutuhan tubuh akan kalsium dan 23,2 persen
fosfor setiap hari. Kalsium sangat penting untuk
pertumbuhan tulang. Selain itu, kalsium
juga penting untuk melindungi sel-sel di
kolon (usus besar) agar terhindar dari
kanker. Kalsium juga dapat mengurangi
angka kejadian tulang keropos (osteoporosis), terutama pada ibu-ibu
yang sudah memasuki masa
menopause. Manfaat lain dari kalsium adalah
mencegah migrain dan mengatur
tekanan darah. Menurut sebuah
publikasi pada The American Journal of
Clinical Nutrition, seorang gadis yang
baru mengalami menstruasi sebaiknya diberi asupan susu kambing untuk
menjaga kandungan kalsium di dalam
tubuhnya. Kadar protein susu kambing tidak jauh
berbeda dengan susu sapi. Konsumsi
satu gelas susu kambing dan susu sapi
masing-masing dapat memenuhi 17,4
dan 16,3 persen kebutuhan tubuh akan
protein setiap hari. Protein merupakan zat gizi yang sangat dibutuhkan untuk
mendukung proses tumbuh kembang
pada anak. Pada orang dewasa, protein
sangat dibutuhkan untuk pemeliharaan
jaringan dan penggantian sel tubuh
yang rusak. Susu kambing juga dipercaya dapat
mengatasi penyakit darah tinggi karena
kandungan kaliumnya yang tinggi.
Namun, yang perlu diperhatikan adalah
kandungan kolesterolnya yang relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi. Karena itu, susu kambing tidak
disarankan bagi mereka yang menderita
obesitas dan kolesterol tinggi. Seperti halnya susu sapi, susu kambing
juga mengandung laktosa yang cukup
tinggi meskipun sedikit lebih rendah
daripada susu sapi. Kadar laktosa pada
susu kambing dan susu sapi mencapai
4,1 dan 4,7 persen dari total padatan. Karena itu, penderita lactose
intolerance sebaiknya menghindari
konsumsi susu kambing dalam keadaan
segar. Susu kambing dapat juga
dikonsumsi dalam bentuk olahan, seperti
yoghurt maupun kefir yang memiliki kadar laktosa rendah. Pengganti susu sapi Pada bayi sering ditemukan kasus alergi
terhadap susu sapi. Susu sapi
merupakan salah satu bahan pangan
penyebab alergi yang paling sering
terjadi pada anak-anak. Penyebab alergi
lain yang potensial adalah telur, udang, dan ikan. Hippocrates pertama kali melaporkan
adanya reaksi alergi terhadap susu sapi
sekitar tahun 370 Masehi. Dalam
beberapa dekade belakangan ini,
prevalensi dan perhatian terhadap alergi
susu sapi semakin meningkat. Beberapa penelitian di beberapa negara
menunjukkan bahwa prevalensi alergi
susu sapi dalam tahun pertama
kehidupan anak sekitar 2 persen.
Sekitar 1-7 persen bayi menderita alergi
terhadap protein yang terdapat dalam susu sapi. Perlu diingat bahwa sekitar 80
persen susu formula bayi yang beredar
di pasaran ternyata menggunakan
bahan dasar susu sapi. Alergi merupakan masalah yang tidak
boleh diremehkan. Reaksi yang
ditimbulkan dapat mengganggu semua
organ tubuh dan perilaku anak sehingga
bisa menghambat pertumbuhan dan
perkembangan anak. Pada tahun pertama kehidupan anak, sistem imun
tubuhnya relatif masih sangat lemah dan
rentan. Gejala alergi terhadap protein susu
biasanya timbul pada bayi yang berumur
dua sampai empat minggu dan
gejalanya akan semakin jelas saat usia
enam bulan. Bagian tubuh yang
terserang alergi adalah saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan
kulit. Gejala yang tampak akibat alergi
terhadap protein susu antara lain
muntah, diare, penyerapan zat gizi yang
kurang sempurna, asma, bronkitis,
migrain, dan hipersensitif. Menurut Judarwanto (2000), alergi susu
sapi 80 persen akan menghilang atau
menjadi toleran sebelum anak berusia 3
tahun. Upaya penanganan terhadap
alergi susu sapi adalah menghindari
konsumsi susu sapi dan makanan lain yang mengandung susu sapi. Sebagai
penggantinya, dapat digunakan susu
kedelai atau susu kambing. Sekitar 20-50 persen dari bayi yang
diteliti memperlihatkan gejala tidak
toleran terhadap susu kedelai. Karena
itu, susu kambing lebih
direkomendasikan sebagai pengganti
susu sapi pada bayi yang menderita alergi. Susu kambing dilaporkan telah banyak
digunakan sebagai pengganti ataupun
bahan pembuatan makanan bagi bayi
yang alergi terhadap susu sapi. Alergi
pada saluran pencernaan bayi dilaporkan
berangsur-angsur dapat disembuhkan setelah diberikan susu kambing. Menurut Noor (2002), sekitar 40 persen
pasien yang alergi terhadap protein susu
sapi memiliki toleransi yang baik
terhadap susu kambing. Pasien tersebut
kemungkinan besar sensitif terhadap
laktoglobulin yang terkandung dalam susu sapi. Diduga bahwa laktogloglobulin
(salah satu komponen protein susu)
merupakan komponen yang paling
bertanggung jawab terhadap kejadian
alergi protein susu. Menurut Judarwanto (2000), terdapat
lebih dari 40 jenis protein pada susu sapi
yang dapat menyebabkan alergi. Selain
betalaktoglobulin, komponen protein
lain seperti kasein, alfa-laktalbumin,
serum albumin, dan immunoglobulin juga dapat menyebabkan alergi. Editor: acandra Sumber : Tabloid Gaya Hidup Sehat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar